Minggu, 03 Oktober 2010

Identitas Buku

1.     Identitas Buku
a.      Judul Buku : Teori semantic
b.      Pengarang : Jos Daniel Parera
c.       Penerbit    : Erlangga


2.      Isi Dari Buku
A.      Empata Aras Analisi Semantik
a.      Aras Makna Linguistik
Yang di maksudkan dengan aras manka Linguistik ialah makna-makna leksikal dan makna-makna structural sebuah bahasa. Fungsi-fungsi unsure-unsur bahasayang digunakan, seperti fungsi subjek, objek, predikat, dan keterangan;mereka harus dapat membedakan cirri-ciri kalimat berita, Tanya dan perintah; mereka dapat menggunakan partikel-partikel penghubung/perangkai dengan tepat sesuai peraturan ketatabahasaan bahasa yang digunakan.

b.      Aras Makna Proposisi
Aras makna yang kedua ini mempersoalkan apakah sebuah kalimat/proposisi/ujaran benar atau tidak benar. Penyampaian suatu makna belum menjamin bahwa kalimat/proposisi/ujaran itu benar/tidak benar. Hubungan pemahaman akan keanalisisan makna, kesisntesisan makna, kekontradiksian makna, dan kekontretan makna. Aras makna preposisi disebut juga aras makna Logika.

c.       Aras Makna Pragmatik
Ujaran yang dilontarkan seorang penutur tentu mengandung tujuan tertentu. Ujaran yang secara strtuktur bunyi dan morfologi-sintaksis sama, tidak selalu mempunyai tujuan dan fungsi yang sama. Keanekaragaman makna pragmatic ditentukan oleh beberapa factor seperti yang biasa dikategorikan oleh para sosiolinguis.
Sebuah kalimat Tanya tidak selalu berarti tanya, kalimat tanya secara linguistik mungkin bermakna minta atau ingin tahu. George Yule memberikan empat argument mengenai pragmatic termasuk dan berhubungan erat dengan makna.


d.      Aras Makna Kontekstual
Jiak mendengar ujaran “matikan”, maka akan muncul pikiran “matikan”apa. Ujaran itu mungkin dap[at bermakna “matikan lampu, matikan mesin mobil, matikan radio, matikan seekor binatang yang berbahaya, atau juga matikan seorang penjahat”. Untuk memahami makna sebuah wacana, perlu pemahaman akan konteks keberlangsungan ujaran-ujaran.


3.      Batas Liput Sematik
a.      Semiotik dan Semantik
Pengertian semiotic atau semiotika berhubungan dengan pengertian semantic karena kedua pengertian itu meliput makna dan kemaknaan dalam komunikasi antar manusia. Charles Morris mengatakan bahwa bahasa sebagi satu system sign dibedakan atas signal  dan symbol. Semiotic bukan hanya berhubungan dengan isyarat bahasa. Kita dapat mengatakan bahwa semiotika adalah ilmu isyarat komunikasi yang bermakna. Ilmu-ilmu lain yang telah mengembangkan semiotika sebagai isyarat komunikasi adalah filsafat, psikologi, sosiologi dan antropologi.

b.      Sematik General dan Semantik
Kita perlu membedakan dua pengertian ini, yakni sematik general dan sematik. Semantic general yang diukir oleh Alfred Korzbyski. Ia mengatakan bahwa semantik general merupakan suatu reaksi terhadap filsafat Aristoteles.
Menurut Korzbski, semantic general (SG) ialah studi tentang kemampuan manusia untuk menyimpan pengalaman dan pengetahuan lewat fungsi bahasa sebagai penghubung waktu, bahasa mengikat waktu, dan bahasa mengikat umur manusia bersama. Korzbski mempergunakan metode psikomatematiakal sebagai dasar studi tentang ilmu manusia. Korzbski mempergunakan istilah General Semantik. Korzbski mempergunakan istilah general sematik untuk menunjukkan pendekatan baru dalam studi tentang manusia dalam fungsi bahasanya yang khas dan menunjukkan satu metode. Korzybski menunjukkan bahwa studi tentang manusia adalah studi tentang satu proses, satu kekhasan, dan satu hubungan. Konsep ini mendasari keperluan untuk menyusun runtutan kata untuk mewakili atau menyatakan segala sesuatu di dunia.

c.       Teori Semantik tentang Makna
Pada dasrnya para filusuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa(ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Secara umum dibedakan teori makna atas (1) Teori Referensial atau Korespondensi, (2) Teori Kontekstual, (3) Teori Mentalisme atau Konseptual, dan (4) Teori Formalisme.
Teori Referensial merujuk kepada segi tiga makna seperti yang dikemukakan oleh Ogden dan Richards. Makna, demikian adalah hbungan antara reference  dan referent yang dinyatakan lewat symbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat.
Dalam teori ini referen atau korespondensi ‘pikiran atau reference’ (dalam terminoloogi lain = makna, ‘semse’ atau ‘contect’) ditempatkan dalam hubungan kausala dengan symbol (bentuk bahasa atau penamaan) dan referen, sedangkan antara symbol dan referen hubungan bunting.
Teori Mentalisme. F. de Saussure pertama menganjurkan studi bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa dan membedakan analisis bahasa ata la parole, la langue, dan la lengage, secara tidak nyata telah memlopori teori makna yang bersifat mentalistik. Teori mentalisme ini tentu saja bertentangan dengan teori referens. Pada umumnya penganjur teori mentalime ini adalah para psikolinguis.
Teori Kontekstual. Untuk memahami pandangan teori kontekstual, ucapan J. R. Firth pada 1930 sebagai berikut ;
If we regard language as ‘experience’ or ‘communicative’ we imply that it is an instrument inner mental states. And as we know so lillte of inner mental states, even by the most careful introspection the languageproblem bicomes more mysterious the more we try to explain it be referring it to inner mental happenings which are not observable. By regarding words as acts, events, habits, we limit our inquiry to what is objective in the group life of our fellows. (Meetham, 1969, 499-500).
Teori Kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan sematik bandingan antarbahasa. Teori kontekstual atau konteks situasi sejalan dengan pendapat antropolog B. Malinowski dari Inggris dan apa yang di Amerika Serikat dikenal dengan hipotesis Sapir-Whorf.
Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau symbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Pakar semantic yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi, pendapat yang membedakan makna primer atau makna dasar dan sekunder atau makna kontekstual secara tidak eksplisit mengakui pentingnya konteks situasi dalam analisis makna.
d.      Batas Liput
Batas Liptu Semantik ini pun menjadi tujuan sebuah teori semantic. Batas liput semantic harus berhubungan dengan semua ujaran dalam bahasa yang bermakna dan hubungan-hubungan makna yang bermakna dan hubungan-hubungan makna yang dikandung oleh ujaran itu. Batas liput semantic ialah pencirian hakikat makna dan hubungannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar