Jumat, 04 Februari 2011

Teori Pemerolehan Bahasa

BAB I
PEMEROLEHAN BAHASA
1.1. Pengantar
Secara matematis belajar bahasa mempunyai empat unsure/bagian penting, yaitu :
a)      Suatu karakterisasi kelas bahasa-bahasa, yang salah satu diantaranya adalah “bahasa sasaran”.
b)      Sampel masukan yang berisi informasi yang dipakai oleh sang pelajar sebagai sarana belajar.
c)      Suatu siasat atau strategi belajar memerikan komputasi atau perhitungan,
d)     Suatu criteria keberhasilan dicari dan ditemui oleh pelajar, bahwa siasat belajarnya memang berjalan baik.
                  Kaitannya dengan hal-hal yang telah diuutarakan tadi, bahwa telah modern terhadap pemerolehan bahasa (PB) dimulai kira-kira dua puluh lima tahun yang lalu, salah satu kemajuan-kemajuan insan pertama yang diperlihatkan menjadi “kognitif”, dalam pengertian dijelaskan hubungan dengan komputasi-komputasi mental atau kaidah-kaidah adalah pemerolehan sintaksis anak terhadap bahasa pertama (B1)-nya. Untuk memahami mengapa anak-anak mengatakan apa yang mereka katakana, kita harus mengetahui apa yang ada dalam pikiran sang anak, dengan menggunakan bantuan “kaidah”, “kategori”, “operasi”, dan lain-lain. Berbagai versi fungsionalisme, psikologi proses informasi, dan kognitivisme yang di kemukakan oleh Chomsky (1957), Newell Simon (1961), Miller, Galanter, dan Pribaw (1960), Broadbent (1958), dan Putnam (1960) mendukung ancangan mentalistikterhadap pemerolehan bahasa. Pendekatan-pendekatan khusus terhadap kognisiakan berhasil atau gagal tergantung kepada betapa baiknya mereka memerhitungkan kekuatan tersebut. Perhatian para pakar psikolinguistik perkembangan beralih dari penggunaan data bahasa anak untuk  menerangi/menjelaskan prose pemerolehan bahasa kea rah pemberian ciri bahasa anak-anak dengan istilah-istilahnya sendiri, psikolinguistik  perkembangan adalah ketidak sanggupannya mencapai  suatu consensus atau kata sepakat mengenai cara memecahkan masalah tentang tujuannya yang kurang ambisius.

1.2. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif selam kurang lebih dua decade. Satu hal yang kita ketahui ialah bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh  interaksi rumit aspek-aspek kematangan bilogis, kognitif, dan social. Siobin mengemukakan bahwa :setiap pendekatan modern terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyataan bahwa bahasa dibangun sejak semula oleh setiap anak, memanfaatkan aneka bawaan sejak lahir. Oleh karena itu pemerolehan bahasa dititikberatkan pada salah satu ospek pemerolehan.
Mengenai pemerolehan bahasa ini terdapat beberapa pengertian. Pengertian yang satu mengatakn bahwa pemerolehan bahasa mempunyai suatu permuaian yang tiba-tiba, mendadak. Kemerdekaan bahasa mulai sekitar usia satu tahun di saat anak-anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistic untuk mencapai tujuan social mereka. Pengertian lain mengatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi kognitif pra-linguistik (McGraw, 1987 ; 570).
Pemerolehan suatu bahasa kecuali beberapa anak mengalami gangguan atau cacat, semua anak mempelajari paling sedikit satu bahasa. Bahasa berkaitan dengan program genetic yang memang khas bagi ras manusia. Hipotesis ini ditunjang oleh kenyataan bahwa anak-anak memperlihatkan suatu keseragaman dalam perkembangan linguistic mereka.kita semua diperlengkapi dengan kemampuan mempelajari suatu bahasa sejak lahir, tetapi kita toh masih mempelajri “dari” seseorang, yaitu dari masyarakat tempat kita hidup (Harding and Rilley; 1986 :18-9), contoh : ada seorang bayi simalungun sejak lahir di bawa ke Belanda, sehingga dia bisa berbahasa Belanda dan tidak dapat berbahasa simalungun. Pemerolehan bahasa anak-anak mempunyai ciri kesinambungan, rangkaian kesatuan,bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (Sintaksis).




1.3. Ragam Pemerolehan Bahasa
Ragam atau jenis pemerolehan bahasa dapat kita tinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu :
(a)    Berdasarkan bentuk
(b)   Berdasarkan urutan
(c)    Berdasrkan jumlah
(d)   Berdasarkan media
(e)    Berdasarkan keaslian
Ditinjau daro segi bentuk, maka kita mengenal :
(i)                 Pemerolehan bahasa pertma atau  first language acquisition
(ii)               Pmerolehan bahasa kedua ata  secong language acquisition
(iii)             Pemerolehan berulang-ulang atau  re-acquestion (klein, 1986 ; 3)
Ditinjau dari segi urutan kita mengenai :
(i)                 Pemerolehan bahasa pertma atau  first language acquisition
(ii)               Pmerolehan bahasa kedua ata  secong language acquisition (Winitiz, 1981 ; Stevens, 1984)
Ditinjau dari segi jumlah, kita mengenal :
(i)                 Pemerolehan satu bahasa monolingual acquestion
(ii)               Pemerolehan dua bahasa atau  bilingual acquestion

Ditinjau dari segi media, kita mengenal :
(i)                 Pemerolehan lisan atau oral language acquestion
(ii)               Pemerolehan bahasa tulis atau  written language acquestion (Freedman, 1985)
Ditinjau dari segi keaslian atau keasingan, kita menganal :
(i)                 Pemerolhan bahasa aslia atau native language acquestion
(ii)               Pemerolehan bahasa asing atau  foreign language acquestion (Winitz, 1981)

1.4.Siasat Pemerolehan bahasa
Berbicara mengenai pemerolehan bahasa, pertanyaan penting yang muncul, yaitu : mengenai bagaimanakah caranya seorang anak memeroleh bahasanya? Landasan atau dasar kognitif terlihat dalam tiga hal :
(a)    Perkembangan semantic sang anak
(b)   Perkembangan sintaksis permulaan
(c)    Penggunaan aktif sang anak aka sejenis siasat belajar. (Lindfors ; 1987 :163)

Berikut ini kita terakan beberapa cara belajar, bebrapa cara membangun secara kreatif.
(a)    Gunakan pemahaman non-linguistik anda sebagai dasar bagi penetapan atau pemikiran bahasa.
(b)   Gunakan apa saja ata segala sesuatu yang penting, yang menonjol dan menarik hati anda.
(c)    Anggaplah bahwa bahasa  dipakai secara “referensial”atau “ekspresif” dan dengan menggunakan data bahasa.
(d)   Amatilah berbagai caranya orang lain mengekspresikan makna.
(e)    Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan untuk memancing atau memperoleh data  yang anda inginkan.
(f)    Tirulah apa yang dikatakan orang lain.
(g)   Gunakan beberapa “prinsip operasi” umum buat memikirkan serta menetapkan bahasa.

1.5.Urutan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
Urutan perkembangan pemerolehan bahasa dapat dibagi atas bagian penting : (a) perkembangan prasekolah, (b) perkembangan uji kombinatori, (c) perkembangan masa sekolah.

1.5.1.      Perkembangan prasekolah
      Perkembangan pemerolehan bahasa anak-anak prasekolah dapat dibagi lagi atas, (1) perkembangan pralinguistik, (II) tahap satu kata, (III) ujaran kombinasi permulaan.
1.5.1.1. Perkembangan pralinguistik
Ada kecenderungan untuk menganggap bahwa perkembangan berbahasa anak-anak mulai tatkala dia mengatakan kata pertamanya. Dua jenis fakata yang dikutip oleh para peneliti untuk menunjang teori pembawaan lahir mereka adalah : (1) kehadiran pada waktu lahir struktur-striktur yang diadaptasi baik bagi bahasa, (2) kehadiran perilaku-perilaku social uumu dan juga khusus bahasa pada beberapa bulan pertama kehidupan.
1.5.1.2. Tahap satu kata
Adalah merupak suatu dugaan umu bahwa sang anak pada tah satu kata terus menerus berupaya menumukan nama-nama benda dan orang di dunia. Akan tetapi secara khusu kosakata permualaan sang anak mencakup tip kata-kata lain juga. Adalah merupakan hal biasa mencari menemukan kata-kata tindak (seperti : pergi, datang, makan, minum, duduk, tidur) ekspresi-ekspresi social (seperti : hei, halo), kata-kata laksional (seperti : di sini, si atas, di sana), dan kata-kata pemerian ( seperti : panas, dingin, besar, kecil). ( Dalam telaah Katherine Nelson (1973)).
1.5.1.3. Ujaran Kombinatori Permualaan
Brown dengan rekan-rekannya mempergunakan jumlah morfem rata-rata perucapan sebagai ukuran panjangnya, yang disebut “mean length of utterance” atau MLU ata “panjang ucapan rata-rata” (PUR). Mereka menemukan lima tahapan pada pemerolehan bahasa permulaan, dan setiap tahap dibatasi leh panjang ucapan rata-rata (PUR). Untuk setiap tahap, mereka juga menyarankan suatu “upper bound”(UB) atau “loncatan teratas” (LA), yaitu apa-apa yang secara khusus merupakan ujapan terpanjang (dalam morfem-morfem) dalam tahap-tahap Brown sebagai rentangan-rentangan PUR.
Kesinambungan dalam makna anak-anak dari ujaran satu kata menjadi ujaran kombinasi justru sama pentingnya dengan perubahan dalam cara anak-anak mengekspresikan makna-makna mereka.


1.5.2.      Perkembangan Ujaran Kombinator
Pembicaraan mengenai perkembangan ujaran kombinasi anak-anak ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
(a)    Perkembangan negative (penyangkalan)
(b)   Perkembangan introgatif (pertanyaan)
(c)    Perkembangan penggabungan kalimat
(d)   Perkembangan system bunyi

1.5.2.1. Perkembangan Negatif
Apabila kita menggunakan “negative”, kalau kita mengatakan “tidak” maka jelas kita ingin mengatakan berbagai hal :
Contoh :
-          Ya, saya tidak punya uang!
-          Tidak, saya tidak mau itu.
-          Ah, ini tidak betul
Berikut ini beberapa contoh untuk ketiga pengertian tersebut.
Noneksistensi        : tidak ada bantal, tidak ada uang.
Penolakan              : tidak mau, tidak suka.
Penyangkalan        : bukan merah (tapi putih), bukan ibu ( tapi nenek)
            Urutan mengenai perkembangan “nagasi” telah dibuat Ulema dah Bellugi (1971) dan mereka menemui periode pertama, yang menambahkan kata “jangan/tidak” pada awal kalimat.
            Contoh :
-          Tiada Ros              - jangan lari
-          Tak ada ujung       - jangan masuk
-          Jangan nangis        - jangan makan itu

1.5.2.2. Perkembangan Introgatif
Ada tiga struktur introgatif yang utama untuk mengengkapkan pertanyaan, yaitu :
(a)    Pertanyaan yang menuntu jawaban Ya ata Tidak => Pernahkah kamu makan Oncom?
(b)   Pertanyaan yang menuntut Informasi => sedang berbuat apa kamu?
(c)    Pertanyaan yang menuntut jawaban Salah Satu Dari Yang Berlawanan “POLAR” => kamu tanya pada Ibu ata Ayah?

Anak-anak harus mempelajari ucapan-ucapan mana yang merupakan pertanyaan, apa yang dimaksud oleh pertanyaan, dan bagaimana cara mengekspresikannya. Maka dengan demikian kita tidak perlu heran dan kaget dalam literature laporan-laporan pasangan anak dan Ibu, yang didalamnya tertera bahwa 50% dari ucapan Ibu kepada anaknya berbentuk pertanyaan (Savic 1957).

1.5.2.3. Perkembangan penggabungan kalimat
Aspek penting yang memerlukan rentangan masa selama  beberapa tahun adalah penggabungan beberapa proposisi menjadi suatu kalimat tunggal.
Contoh menggabungkan :
(a)    Penggabungan 2 proposisi atau klausa yang ber status serta :  Ini buku dan Nino membacanya.
(b)   Penggabungan satu proposisi merupakan yang lebih unggul dari pada yang satu lagi (yang menerangkan satu nomina dalam proposisi itu).
(c)    Penggabungan dua proposisi itu yang berstatus dalam kaitan waktu :
-       Waktu ninon membaca buku itu ada halaman yang sobek.
-       Sebelum ninon membaca buku itu belum ada halaman yang sobek.
-       Setelah ninon membaca buku itu bagian yang sobek itu di lem.
(d)   Penggabungan dua proposisiyang berstatus tidak sama dalam hubungan sebab-akibat.
(e)    Satu proposisi mengisi “kekosongan yang lainnya.

Pengembangan penggabungan kalimat sang anak memperlihatkan gerakan melalui beberapa dimensi yaitu :
1)      Dari penggabungan dua klausa setara menuju penggabungan dua klausa setara menuju penggabungan dua klausa yang tidak setara.
2)      Dari klausa-klausa utama yang tidak tersela menuju penggunaan klausa yang tersela (penyisipan klausa bawahan didalam klausa utama).
3)      Daris susunan klausa yang memuat kejadian tetap menuju susunan klausa yang berfariasi.
4)      Dari penggunaan perangkat-perangkat semantic sintaksis yang kecil (adverbial, verba komplemen) menuju perangkat-perangkat yang lebih diperluas.



1.5.2.4. Perkembangan Sistem Bunyi
Mengenai perkembangan pemerolehan bunyi pada anak-anak jelas terlihat bahwa anak-anak bergerak dari pembuatan bunyi kearah pembuatan pengertian. Periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selam tahun pertama :
1)      Periode Vokalisasi dan pramerabaan, serta
2)      Periode merabaan


1.5.3.      Perkembangan Masa Sekolah
Perkembangan bahasa pada masa-masa sekolah terutama sekali dapat dibedakan dengan jelas dalam tiga bidang, yaitu :
(a)    Struktur bahasa, peluasan dan penghalusan terus menerus mengenai semantic dan sintaksis.
(b)   Pemakaian bahasa, peningkatan kempuan meningkatkan bahasa secara lebih efektif melayani aneka fungsi dalam situasi komunikasi yang beraneka ragam.
(c)    Kesadaran metalinguistik, pertumbuhan kemampuan untuk memikirkan, mempertimbangkan, dan berbicara mengenai bahasa sebagai sandi atau kode formal.

1.5.3.1. Struktur Bahasa
Pertumbuhan semantic sang anak berlangsung terus karena pengamatannya bersambung danmeluas, yang tentu saja mengandung pengertian bahwa sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
Pertumbuhan sintaksis anak-anak berlangsung selama masa sekolah dasar juga. Hal itu akan jelas bagi guru dari pembicaraan dan teks yang terdapat buku-bukuan.



1.5.3.2. Pemakaian Bahasa
Clarck (1977:373) mengatakan bahwa anak-anak membangun struktur dan fungsi pada waktu yang bersamaan sebaik mereka. Sebaiknya belajar lebih banyak sara untuk menyampaikan fungsi lebih berbeda-beda.
Dunia sosial anak-anak masa sekolah justru lebih besar dan lebih beraneka ragam daripada dunia anak social prasekolah. Anak usia 6-12 tahu berinteraksi dengan berbagai orang dengan berbagai maksud dan tujuan. Dia berorientasi dengan kelompok sebayanya denga orang yang lebih tua dan lebih muda daripada dirinya, dengan orang-orang biasa, dengan orang-orang asing, dengan orang-orang yang lebih tinggi, tau lebih rendah statusnya dengan dia, dengan pribadi, dengan kelompok.
Salah satu perluasan berbahasa sebagai alat komunikasi yang mendapat perhatian khusus di sekolah adalah pengambangan menulis huruf, kemampuan membaca. Perkembangan baca tulis jangan justru menunjang gerakan kedalam  dan keluar, gerakan batin, dan lahir. Beberapa penggunaan baca-tulis.

1.5.3.3. Kesadaran Metalinguistik
yang dimaksud dengan “kesadaran metalinguistik” adalah kemampuan membuat bentuk-bentuk bahasa menjadi tak tembus cahaya dan menyelesaikan diri didalam dan untuk diri mereka sendiri ( Cazden 1974 :24). Kta telah meilhat bahwa anak-anak kecil terut terlibta dalam bebrapa perilaku bahasa yang membayangkan kesadaran yang lebih mata dan dewasa, agae kita memperoleh gambaran umum yang lebih untuk mengenai pembicaraan mengenai urutan-urutan perkembangan pemerolehan bahasa.

Usia
Tahap Perkembangan Bahasa
0.0-0.5
Tahap Meraban (Pralinguistik) pertama
0.5-1.0
Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua : Kata nonsense
1.0-2.0
Tahap Linguistik I    : Holofrastik ; Kalimat Satu Kata
2.0-3.0
Tahap Linguistik II   : Kalimat Dua Kata
3.0-4.0
Tahap Lingusitik III  : Pengembangan Tata Bahasa
4.0-5.0
Tahap Linguistik IV  : Tata Bahasa Pra-Dewasa
5.0-
Tahap Linguistik V    : Kompetensi Penuh

Perubahan Fonem


A.      PERUBAHAN FONEM
Terjadi akibat pertemuan morfem :
a.       meN + bentuk dasar  => mem-, men-, meny-, meng-,
b.      peN + bentuk dasar  => pem-, pen-, peny-, peng-,
# perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya

                               
1.       Fonem /N/ => fonem /m/ apabila :
Morfem meN- + bentuk dasar berawal /p,b,f/ => mem-,
Morfem peN- + bentuk dasar berawal /p,b,f/ => pem-,
        Contoh :
                        meN- + paksa => memaksa
                        meN- + bantu => membantu
                        meN- + fitnah => memfitnah

                        peN- + periksa => pemeriksa
                        peN- + bantu => pembantu
                        peN- + fitnah => pemfitnah

Jika dilihat dari contoh diatas dijelaskan bahwa fonem /N/ mengalami proses perubahan fonem, yaitu menjadi fonem /m/


2.       Fonem /N/ => fonem /n/ apabila :
meN- + bentuk dasar berawal /t,d,s/ => men-
peN- + bentuk dasar berawal /t,d,s/ => pen-
#namun fonem /s/ khusu bagi bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing.
        Contoh :
                        meN- + tulis => menulis
                        meN- + duga => menduga
                        meN- + support => mensupport

                        peN- + tulis =>  penulis
                        peN- + datang => pendatang

3.       Fonem /N/ => fonem /n/ apabila
meN- + bentuk dasar berawal /s,sy,c,j/ => meny-
peN- + bentuk dasar berawa /s,sy,c,j/ => peny-
        contoh :
                        meN- + sapu => menyapu
                        meN- + syukuri => mensyukuri
                        meN- + cari => mencari

                        peN- + suap => penyuap
                        peN- + cukur => pencukur

4.       Fonem /N/ => fonem /n,/ apabila
meN- + bentuk dasar berawal /k,g,kh,h/ => meng
meN- + bentuk dasar berawal /k,g,kh,h/ => peng
        contoh :
                        meN- + kacau => mengacau
                        meN- + khianati => mengkhianati

                        peN- + kacau => pengacau
                        peN- + khianat => pengkhianat

# dan  perubahan fonem /N/ => fonem /n,/ juga berlaku pada bentuk dasar berawal huruf vocal
        Contoh :
                        meN- + angkut => mengangkut
                        meN- + ikat => mengikat

namun pada kata :
        mengebom
Mengunakan proses morfonemik perubahan fonem /N/ => /n,/ dan terjadi prose penambahan fonem /e/
 
        mengecat
        mengelas                                                                        
                       
        pengebom
        pengecat
        pengelas
                                # fonem /r/ => fonem /L/ apabila
                                                ber-+ ajar => belajar
                                                Per- + ajar => pelajar

                                # fonem /?/ => fonem /k/ apabila
                                                Ke-an + duduk /dudu?/ => kedudukan
                                                peN- an + duduk /dudu?/ => pendudukan
                                                -i + duduk /dudu?/ => duduki



B.      Proses Penambahan Fonem
·         meN- + bentuk dasar satu suku kata fonem tambahannya / / sehingga
meN- => menge
contoh :
                meN- + bom => mengebom
                meN- + cat => mengecat
                meN- + las => mengecat

·         fonem tambahan /e/ juga terjadi pada :
peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga :
peN- => penge-
Contoh :
                peN- + bom => pengebom
                peN- + cat => pengecat
                peN-+ las => pengelas

#namun pada contoh-contoh diatas selain penambahan fonem / / juga terjadi proses penambahan fonem yaitu fonem /N/ => /n,/


·         akibat pertemuan morfem
Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar berakhir dengan vocal /a/
 
-an + bentuk dasar
Ke-an + bentuk dasar
peN-an + bentuk dasar

contoh :
                -an + terka => terkaan/terka?an/
                Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/
                peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/

·         Penambahan fonem  /w/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan/u,o,aw/
Contoh :
                peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan
                peN-an + toko => pertokoan / pertokowan
                peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan

·         Penambahan fonem  /Y/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan /i,ay/
Contoh :
                -an + hari => harian / hariyan
                -an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan
                ke-an + lestari => kelestarian


C.      PROSES HILANGNYA FONEM
·         Hilangnya fonem /N/ apabila
meN- + bentuk dasar yang berawal /l,r,y,w/ => me-
peN- + bentuk dasarnya berawal /l,r,y,w/ => pe-
Contoh :
                meN- + lerai => melerai
                meN- + ramalkan => meramalkan
                meN- + yakinkan => meyakinkan
                meN- + wajibkan => mewajibkan

                peN- + lerai => pelerai
                peN- + ramal => peramal
                peN- + waris => pewaris

·         Ada juga seperti dengan fonem nasal :
meN- + nyanyi => menyanyi
meN- + nularkan => menularkan
meN- + nganga => menganga

peN- + nyanyi => menyanyi
peN- + malas => pemalas
·         Fonem /r/ akan hilang apabila “
Ber- + bentuk dasar berawal /r/ => be-
Per- + bentuk dasar yang berawal /r/ => pe-
Ter- + bentuk dasar yang berawal /r/ => te
Contoh :
                Ber- + rapat => berapat
                Per- + ragakan => peragakan
                Ter- + rasa => terasa

·         Dan bentuk dasar yang suku kata pertamanya berakhir dengan /er/ maka fonem /r/ hilang.
Contoh :
Ber- + kerja => bekerja
Ber- + serta => beserta
Ter- + percaya => terpecaya

·         Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN-
Contoh :
                meN- + paksa => memaksa
                meN- + tulis => menulis

                                                meN- + sapu => menyapu
                                                meN- + karang => mengarabg

                                                peN- + pangkas => pemangkas
                                                peN- + tulis => penulis
                                                peN- + sapu => penyapu
                                                peN- + karang => pengarang